DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Kecewa Dengan Kinerja Tiga Menteri Jokowi
KENDARI EKSPRES – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKKAPI) kecewa pemerintah membuka kembali ekspor minyak goreng. Sekjen DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan menilai dibukanya keran ekspor menjadi bukti ketidaksiapan menteri teknis menjalankan regulasi dan capaian regulasi yang diharapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kami kecewa dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi karena tidak bisa menjalankan perintah Presiden Republik Indonesia,” katanya di Jakarta, Kamis. 19 Mei. kenapa?
Reynaldi mengatakan Presiden Jokowi berharap harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng bisa dipenuhi di pasar tradisional dan barang melimpah.
“Namun faktanya, kami belum menemukan minyak goreng curah yang cukup melimpah di pasar tradisional,” ujarnya.
IKAPPI sendiri menilai ekspor harus dibuka agar penerimaan negara juga bisa terus berjalan, namun kebutuhan dalam negeri harus dipenuhi.
Karena itu, kata Reynaldi, pihaknya meminta kementerian teknis mencari formulasi yang tepat agar distribusi bisa berjalan dengan baik dan minyak goreng melimpah di pasaran.
“Kalau di pasaran melimpah, diperkirakan harganya akan terus turun hingga saat ini harganya masih di atas Rp 17.000. Di kisaran Rp 18.000, bahkan ada Rp 19.000 per liter,” dia berkata.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan Indonesia akan kembali membuka keran ekspor minyak goreng pada pekan depan.
“Saya sudah putuskan ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin, 23 Mei,” kata Jokowi seperti terlihat di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 19 Mei.
Jokowi mengatakan keputusan ini diambil dengan mengedepankan beberapa pertimbangan. Pertama, peningkatan pasokan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Berdasarkan cek langsung saya di lapangan dan laporan yang saya terima, alhamdulillah pasokan minyak goreng terus bertambah,” kata Jokowi.
“Kebutuhan minyak goreng curah nasional sekitar 194 ribu ton per bulan dan sebelum larangan ekspor pasokan kami hanya mencapai 64,5 ribu ton, tetapi setelah larangan ekspor pada April, pasokan kami mencapai 211 ribu ton per bulan, melebihi permintaan nasional. bulanan kita,” tambah Jokowi.
Alasan kedua adalah turunnya harga rata-rata minyak goreng nasional.
“Pada April sebelum larangan ekspor, harga rata-rata nasional minyak goreng curah sekitar Rp 19.800 dan setelah pelarangan harga rata-rata nasional Rp 17.200 hingga Rp 17.600,” jelas Jokowi.
Kemudian, pemerintah juga mempertimbangkan kondisi 17 juta pekerja di industri sawit. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mencabut larangan ekspor yang telah diberlakukan sebelumnya. Namun, pengawasan ketat akan terus dilakukan agar pasokan dalam negeri tetap terpenuhi.
“Meskipun ekspor dibuka, pemerintah akan memantau dan memantau secara ketat untuk memastikan pasokan tetap terpenuhi dengan harga terjangkau,” tegasnya. (VOI)