Mengenal Sosok Rasuna Said, Pahlawan Nasional yang Jago Pidato

10

JALURINFOSULTRA.COM – Siapakah sosok Rasuna Said? Wanita kelahiran 14 September itu merupakan seorang pahlawan nasional yang berkecimpung di kancah politik.
Melalui pidato-pidatonya yang menentang keras pemerintah kolonial Belanda, Rasuna Said menjadi salah satu tokoh perempuan yang disegani pada kala itu.

Selain itu, ia juga kerap memperjuangkan hak-hak perempuan melalui pandangannya yang gigih dan luas. Dikenal sebagai politisi dan orator yang handal, bagaimana profil dan kisah perjuangan Rasuna Said? Simak informasinya di bawah ini.

Riwayat Hidup dan Pendidikan Rasuna Said

Mengutip dari buku Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia karangan Lia Nuralia dan Iim Imadudin, Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Agam, Sumatera Barat.

Ayahnya bernama Haji Muhammad Said yang merupakan seorang pengusaha dan tokoh yang sangat dihormati.

Masa kecil Rasuna Said dihabiskan di tanah kelahirannya, Sumatera Barat. Di sana, ia menekuni pendidikan Al-Qur’an dan budaya Minang.

Ia menimba ilmu di Sekolah Dasar dan melanjutkan pendidikan ke Pesantren Ar-Rasyidiyah. Kala itu, Rasuna Said menjadi santri perempuan satu-satunya di pesantren tersebut. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya ke School Putri di Padang Panjang.

Rasuna Said wafat di Jakarta pada tanggal 2 November 1965. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Berjuang untuk Kaum Perempuan

Rasuna Said memiliki tekad yang kuat untuk memajukan pendidikan kaum wanita. Dalam buku Ensiklopedia Pahlawan Indonesia dari Masa ke Masa yang ditulis oleh Riza Dwi Aningtyas dijelaskan bahwa ia sempat mengajar di Diniyah School Putri, tempat di mana ia mengenyam pendidikan.

Saat itu, Rasuna Said sadar bahwa untuk memajukan kaum perempuan dibutuhkan perjuangan politik, tidak hanya dengan mendirikan sebuah sekolah.

Ia sempat ingin memasukkan pendidikan politik di kurikulum sekolah Diniyah School Putri, namun ditolak. Akhirnya, ia berhenti mengajar dan mulai berkecimpung di kancah politik untuk melanjutkan perjuangannya.

Perjuangan Politik Rasuna Said

Rasuna Said memulai perjuangan politiknya dengan bergabung di Sarekat Rakyat sebagai sekretaris cabang. Tak sampai disitu, ia juga bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia yang kala itu dikenal dengan PERMI.

Kala itu, Rasuna Said mendirikan Sekolah Thawalib di Padang untuk para wanita muda sebelum memasuki jenjang perkawinan. Di sana, ia memberikan kursus keputrian dan mengajarkan ilmu agama sebagai dasar kehidupan untuk kaum wanita.

Selain mendirikan sekolah, Rasuna Said juga handal dalam berpidato melawan kolonial Belanda. Ia sangat mengecam pemerintahan Belanda.

Aktivitasnya di bidang politik sangat meresahkan Belanda. Saking pandainya ia dalam berorasi, Rasuna Said dijuluki sebagai ‘laksana petir di siang hari’.

Pada tahun 1932, Rasuna Said ditangkap dan dipenjara di Semarang, namun hukuman tersebut tidak membuatnya gentar dalam berjuang.

Salah satu pidatonya yang paling terkenal tajam dan menusuk yaitu, “Boleh anda menyebut Asia Raya karena anda menang perang, tapi Indonesia Raya pasti ada di sini,”

Pidato itu ia ucapkan tepat di depan para komandan militer Jepang. Karena keberaniannya, Bung Karno tidak segan mengajaknya untuk berorasi.

Rasuna Said juga Bergerak di Bidang Pers

Selain pandai berorasi, Rasuna Said juga berkecimpung di bidang jurnalistik. Mengutip dari buku Nama dan Kisah Pahlawan Indonesia karangan Angga Priatna dan Aditya Fauzan Hakim, beliau menjadi pemimpin salah satu redaksi majalah “Menara Putri”.

Melalui karya-karya jurnalistik, Rasuna Said memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam batas-batas keislaman dan memuat permasalahan yang dihadapi perempuan kala itu.

Semangat juangnya yang membara membuatnya dekat dengan sejumlah tokoh pergerakan nasional, salah satunya Soekarno. Hingga akhirnya Rasuna Said hijrah ke Jakarta dan menduduki posisi penting di pemerintahan.

Setelah kemerdekaan, Rasuna Said menjadi anggota DPR-RIS sebelum menjabat sebagai anggota DPA.

(DETIK)

Komentar Pembaca