Balik ke Bawah Rp 15.000/US$, Rupiah Terbaik di Asia!
JALURINFOSULTRA.COM – Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (21/9/2021), meski demikian mampu kembali ke bawah Rp 15.000/US$. Rupiah juga menjadi mata uang terbaik di Asia hari ini, sebab pelemahannya tipis saja.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,13% ke Rp 15.000/US$. Depresiasi semakin membengkak hingga 0,22% ke Rp 15.013/US$. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah berada di atas level psikologis tersebut.
Menjelang penutupan perdagangan, rupiah mulai memangkas pelemahan hingga berakhir di Rp 14.995/US$, melemah 0,1% saja
Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Hingga pukul 15:03 WIB, peso Filipina menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,75%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Bank Indonesia (BI) sepertinya membuat rupiah mampu kembali ke bawah Rp 15.000/US$, dengan triple intervention.
“Tentu kami masuk pasar dengan triple intervention-nya untuk memastikan jangan sampai terjadi pelemahan yang liar atau berlebihan,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/9/2022).
Triple intervention adalah intervensi yang dilakukan BI pada Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara itu, tekanan bagi rupiah datang dari bank sentral AS (The Fed) yang diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, bahkan ada kemungkinan sebesar 100 basis poin.
Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat ada probabilitas sebesar 18% The Fed akan menaikkan 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia. Sementara probabilitas sebesar 82% untuk kenaikan 75 basis poin.
Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, bisa menjadi indikasi The Fed melihat inflasi masih akan terus menanjak atau belum mencapai puncaknya. Hal ini bisa memicu gejolak di pasar finansial. Dolar AS akan semakin perkasa, dan rupiah tertekan.
Selain The Fed, BI juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) besok.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.
Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00% sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%.
Sebagai catatan, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada Agustus 2022. Kenaikan tersebut adalah yang pertama sejak November 2018 atau dalam 44 bulan.