JALURINFOSULTRA.COM – GUBERNUR Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH., menyampaikan sambutan pada acara Pemberian Gelar Adat Omputo Lakino Liwu Pancana, sebagai salah satu rangkaian kegiatan Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-8 Kabupaten Buton Tengah, di Labungkari, Sabtu 23 Juli 2022
Hadir antara lain para tetua adat Buton, Pj. Bupati Buton Tengah Mujammad Yusup, unsur Forkopimda Buton Tengah, dan para pejabat Pimpinan Tinggi Pratama lingkup Pemerintah Kabupaten Buton Tengah.
“Hari ini merupakan hari istimewa bagi saya secara pribadi dan selaku Gubernur Sulawesi Tenggara, karena saya diberi gelar adat oleh masyarakat Kabupaten Buton Tengah, yaitu “Omputo Lakino Liwu Pancana “ atau Raja Para Pemimpin atau Para Penguasa Di Negeri Pancana. Tentu ini mengandung tanggung jawab yang besar bagi saya selaku penerima gelar tersebut,” kata Gubernur Ali Mazi.
Dalam tradisi kepemimpinan masyarakat Pancana (masyarakat yang mendiami wilayah daratan Pulau Muna Bagian Selatan, yang sekarang menjadi wilayah administrasi Kabupaten Buton Tengah), pemimpin atau jabatan apa pun punya beban tanggung jawab yang besar. Kesejahteraan, keamanan dan ketenangan masyarakat diletakan pada pemimpin.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila para Lembaga Pemilih Raja atau Omputo tidak begitu saja memilih pemimpin, tetapi harus melalui proses yang cukup ketat baik lahiriah maupun batiniah. Seorang pemimpin hanya dapat dipilih jika persyaratan lahiriyah dan batiniah terpenuhi.
Omputo-omputo dahulu punya kepemimpinan yang baik, karena mereka sudah teruji dan sesuai dengan persyaratan sebagai pemimpin. Dalam sifat-sifat pemimpin pada tradisi masyarakat Pancana, terdapat satu nilai yang melekat pada Omputo, yaitu : Adhabullah (nilai kewibawaan pemimpin, karena kejujuran, ketegasan dan tidak khianat pada amanah yang diberikan). Dengan sifat-sifat tersebut, maka segala ucapannya sangat dihormati, dipatuhi dan disegani oleh rakyatnya. Sebaliknya, seorang pemimpin akan Kehilangan Wibawanya atau Adhabullah jika dia tidak menunjukan sifat-sifat kejujuran, ketegasan dan mengkhianati amanah yang diberikan. Sifat-sifat tersebutlah yang membuat Liwu atau Kadie atau Masyarakat Adat senantiasa hidup rukun, damai dan sejahtera.
“Semoga pemberian gelar ini telah memenuhi persyaratan dan nilai yang telah saya ungkapkan, sehingga menjadi motivasi bagi saya untuk memegang amanah, bukan saja dari segi persyaratan formal dalam ketatanegaraan, tetapi juga memenuhi persyaratan formal dalam hukum adat,” tegas Gubernur Ali Mazi.
Momen pemberian gelar merupakan waktu bagi Gubernur Ali Maz untuk merenung dan meningkatkan kualitas kepemimpinan yang baik sebagai pemimpin daerah yang diamanahkan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dan pemerintah. “Namun demikian, saya adalah manusia biasa yang tidak mungkin lepas dari segala kekurangan. Oleh karena itu, saya butuh diingatkan jika saya telah menyimpang dari amanah. Tegurlah saya bila saya salah, karena itu penting bagi saya untuk menjalankan amanah yang sesuai dengan harapan.”
Momen pemberian gelar merupakan waktu bagi Gubernur Ali Maz untuk merenung dan meningkatkan kualitas kepemimpinan yang baik sebagai pemimpin daerah yang diamanahkan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dan pemerintah. “Namun demikian, saya adalah manusia biasa yang tidak mungkin lepas dari segala kekurangan. Oleh karena itu, saya butuh diingatkan jika saya telah menyimpang dari amanah. Tegurlah saya bila saya salah, karena itu penting bagi saya untuk menjalankan amanah yang sesuai dengan harapan.”
Akhirnya, Gubernur Ali Mazi atas nama pribadi dan selaku Gubernur Sulawesi Tenggara menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tokoh-tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan di daerah ini yang telah menyematkan gelar Omputa Lakina Liwu Pancana kepada
“Semoga gelar ini bisa membuat pribadi saya semakin amanah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara,” tandas Gubernur Ali Mazi. [sgj10]