Habitat Terganggu Buat Anoa Berkeliaran di Lokasi Perusahaan Tambang di Konawe

46

KONAWE – Dua ekor anoa muncul dan berkeliaran di lokasi penambangan nikel sebuah perusahaan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. 

Diduga dua ekor Anoa itu muncul di lokasi pemilik konsesi usaha pertambangan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).

Melansir dari Detik.com, Ahli Peternakan Universitas Halu Oleo (UHO) Prof La Ode Nafiu mengatakan kehadiran induk anoa dan anaknya di tengah warga tersebut merupakan kejadian langka.

Pasalnya, merujuk pada sifat asli anoa, mereka akan kabur jika melihat manusia. Namun, nampak anoa dalam video viral yang diunggah pada Minggu (5/6) tersebut, tetap tenang bersama anaknya meskipun ada manusia yang terlihat merekamnya.

Bahkan Prof La Ode Nafiu mengaku kaget melihat hal itu. Karena menurutnya, merujuk dari sifat aslinya, jarak warga yang merekam tersebut sudah bisa membuat seekor anoa kabur.

“Biasanya anoa itu dia lebih suka menjauh dari manusia, tapi saya juga kaget lihat video kemarin, memang agak jauh, tapi jaraknya hanya sekitar 50 meter itu, anoa nya tidak menghindar,” ujarnya kepada detikSulsel, Selasa (7/6/2022).

Terlihat Anoa tersebut memang nampak tenang saat warga merekamnya. Prof La Ode Naifu menduga anoa tersebut bukan pertama kalinya melihat manusia.

Dia menilai bisa saja anoa tersebut sudah sering kali melihat manusia. Sehingga tidak merasa terganggu dengan kehadiran manusia.

“Kemudian anoa tersebut relatif cukup banyak mungkin berinteraksi dengan manusia. Sudah sering bertemu dengan manusia sehingga merasa tidak terganggu lagi dengan kehadiran manusia,” imbuhnya.

Apalagi, lanjut Prof La Ode Naifu, dalam video tersebut nampak induk anoa bersama dengan anaknya. Menurutnya, peristiwa ini sangat jarang terjadi.

“Apalagi kemarin ada anaknya, jadi itu sesuatu kejadian yang agak jarang. Ketika berdekatan dengan manusia masih tetap mengasuh anaknya dengan baik (tidak kabur)” ujarnya.

Pada umumnya, Anoa memiliki sifat soliter, yakni keberadaannya tidak berkelompok. Sehingga wajar jika kemunculannya hanya induk dan anak.

“Jadi memang cuma induk dan anaknya saja, kecuali musim kawin baru dengan jantan,” jelasnya.

Menurut Prof La Ode Naifu ada beberapa faktor yang membuat satwa ini keluar dari hutan, dimana habitatnya berada. Salah satunya, kemungkinan habitatnya di dalam hutan sudah dieksploitasi.

“Jadi ada beberapa faktor kalau ada kejadian seperti itu (keluar dari hutan), mungkin habitatnya di area hutan mungkin sudah tereksploitasi. Jadi tempatnya untuk menghindar itu mungkin sudah sempit,” jelasnya.

Dugaan selanjutnya adalah sumber makanannya di hutan yang mulai terbatas. Sehingga Anoa

tersebut tidak memiliki pilihan lain selain keluar dari kawasan hutan untuk mencari makan.

Anoa merupakan satwa yang dilindungi karena merupakan satwa endemik Sultra. Anoa Sultra ini memiliki dua spesies, yakni Anoa Dataran Rendah dan Anoa Pegunungan.

Ditempat terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara (Sultra) Sakrianto Djawie mengatakan keluarnya 2 satwa tersebut dari dalam hutan karena habitatnya sudah rusak. Apalagi habitat mereka berada di sekitar area pertambangan.

Dari informasi yang dihimpun pihaknya, perusahaan tersebut telah memiliki IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) dari Dinas Kehutanan Sultra. Tetapi, untuk mencegah rusaknya habitat satwa di tempat tersebut BKSDA Sultra akan melakukan koordinasi dan peninjauan dengan pemerintah setempat.

“Kami akan mengidentifikasi persebaran satwa di sekitar lokasi PT SCM, jika perlu nanti di pasang papan plang. Kami juga akan menyampaikan ke pihak perusahaan agar adanya laporan secara periodik terhadap kemunculan-kemunculan satwa di lokasi tersebut,” katanya. (Detik.com)

Komentar Pembaca